Open top menu
Saturday, June 25, 2016



          Berawal biar anak seneng, ngga rewel dan ngga main macem macem atau ngga main keluar rumah, ahkirnya banyak ibu ibu yang memberikan smartphone sebagai mainan untuk anak anaknya. Bahkan di usia yang sangat dini 2 th sudah pada maen gadget.
 
          Beruntung pada saat anak anak anak saya lahir, saya masih tinggal di Bali ( Ubud ) dengan lingkungan kampung adat Balinesse dan selain itu juga kebetulan usaha kami di pembuatan furniture dari rotan, jadi banyak karyawan di tempat kami.
         Terus terang saya sendiri baru memberikan anak saya smartphone itu pada saat anak yang paling kecil berumur 6 th. Sebelum 6 th memang kadang mereka bermain, tapi menggunakan hp saya. Dan itupun kalau saya ngga ada urusan baru dipake. Dulunya memang saya kasih anak anak masing2 satu smartphone. Namun baru beberapa bulan saya malah melihat kurang bagus untuk anak anak saya, semuanya sibuk main sendiri2 dan jarang bermain dengan saudara. Ahkirnya saya putuskan untuk memberikan satu smartphone untuk bertiga. Dan itupun hanya sabtu minggu.
Dulu sewaktu anak anak di Ubud, masih kecil. Memang saya tidak pernah memberikan smartphone. Bermain ya dengan temen temen disekitaran rumah. Kebetulan dibelakang rumah ada kampung jadi ya main sama temen sebaya. Kadang malah dengan karyawan yang kerja. Main bola, atau sekedar jalan jalan ke Gianyar, Tegalalang, atau mandi di tirta empul.
           Terus terang awalnya saya sendiri tidak pernah melihat effek langsung apa yang terjadi bila anak terlalu banyak maen tablet hingga saya melihat sendiri keponakann saya yang berumur 4 th. Awalnya pada waktu umur 2.5 th sebenernya saya sempat melihat kejanggalan pada anak tersebut. Salah satunya kurangnya respon apabila dipanggil. Sehingga begitu dipanggil, orang yang disebelahnya harus memegang atau menyentuhnya dan mengatakan kalau dia dipanggil. Terus diajarin untuk menjawab. selain itu adanya kosa kata yang tidak begitu banyak bahkan cukup minim. Kosakata yang terlalu sedikit dan untuk anak seusianya, sebenernya sudah ada mulai ngomong. Biarpun mungkin tidak begitu jelas. Sempat saya tanyakan ke mamanya, apa ngga sebaiknya diperiksakan soalnya kok belum bisa respon dan ngomong sebagaimana anak seusianya. Tapi pendapat saya tidak mendapatkan respon dalam hal ini. Hingga waktu berlalu begitu cepat. Sempat dimasukkan ke salah satu playgroup di dekat rumahnya, tapi ahkirnya si anak ngga mau lagi masuk sekolah. Dan ahkirnya dipindah sekolah. Belum sempat sekolah ditempat yang baru, saya kembali lagi menyarankan untuk membawa anak tersebut ke dokter tumbuh kembang anak. Dan memang benar akibat gadget yang berlebihan, dia mengalami motorik yang belum berkembang, keterlambatan berbicara, kurangnya fokus. Ahkirnya pendapat saya untuk memberikan terapi wicara di salah satu sekolah berkebutuhan khusus diterima. Dia pun mengikuti pelatihan di sekolah berkebutuhan khusus sejak januari kemaren.
          Memang bener apa yang dibilang effek dari gadget kalau diberikan kepada anak sebelum usia 2 th, karena pada dasarnya:
1.  Motorik tidak berkembang
Anak dibawah dua tahun belum berkembang motoriknya sebagaimana orang dewasa. Ketika gadget mulai diberikan pada anak anak usia dini, tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh. Syaraf motoriknya tidak akan berkembang. Bahkan bisa merusak saraf motoriknya.
Anak, butuh komunikasi dua arah. Bukan hanya main game atau nonton youtube di gadget. Mereka butuh komunikasi aktif bukan pasif. Sebagaimana yang terjadi pada keponakan saya, dia melihat youtube tentang film anak anak, terus tentang pengenalan huruf, warna dll tapi tidak ada interaksi / komunikasi. Jadi anak hanya mendengar tapi tidak mempraktekkan. Saya tidak tau bagaimana dengan anak anak lain yang sebaya dengan keponakan saya dan mengalami masalah yang sama. Apa yang saya tulis merupakan pengalaman yang saya alami. Komunikasi dua arah yang seharusnya ada sangat kurang sekali pada ponakan saya ini. Bahkan ketika kita menanyakan, namamu siapa ?? Dia akan menjawab sama dengan pertanyaan tersebut namamu siapa ?? bukan menyampaikan namanya siapa tapi dia akan mengulang pertanyaan yang sama. Bukan hanya satu pertanyaan ini. Tapi untuk setiap pertanyaan yang ditanyakan dia akan menjawab pertanyaan dengan pengulangan pertanyaan. Kalimat perintahpun akan direspon dengan jawaban yang sama pengulangan kalimat perintah. Baru kalau kita menunjuk suatu benda atau menjalankan apa yang diperintahkan dia akan mengikuti. Menyebutkan nama orang tua dan identitas diri itu bisanya hanya pengulangan. Hafalan. untuk pertanyaan yang baru.
2.  Anak butuh sosialisasi dengan lingkungan.
Saya perhatikan selama ini, sebelum sekolah di sekolah kebutuhan khusus – dari bangun tidur sampe mau tidur lagi malam yang namanya main gadget ngga pernah bisa di stop. Kalau berhenti ya saat mandi, kebelakang aja. Lainnya, makan, minum, nge dot pun sambil maen games atau nonton you tube. Sedih ngeliatnya, tiap jam hari nonton you tube, maen games. Kalau lagi maen games atau nonton youtube tambah lagi, ngga pernah respon dengan apapun. Gunung meletus aja mungkin dia ngga akan berenti. Dia nangis kalau habis baterai nya atau direbut gadgetnya secara paksa. Baru nangis dan biasanya ngga akan berenti sampai gadget diberikan lagi. Begitu juga kalau diajak jalan jalan ke toko. kalau pas maen gadget ya akan maen juga sambil jalan. Kadang ngga lihat di depannya ada lobang atau benda apa. Maen tabrak aja. Fokusnya ya hanya di gadget. Kalau ngga ada gadget ya, ngga akan pernah bisa fokus. Diajak ngomong ya ngga akan perhatikan. Ndenger aja kalau dipanggil juga ngga akan respon.
         Anak seusia dia memang perlu bersosialisasi. Bermain dengan temann sebaya. Jadi anak bisa berinteraksi sosial. Ketika anak sudah asyik dengan dunianya dia tidak butuh berinteraksi sosial. Dan anakpun tetap merasa sudah tidak butuh semuanya. Sekarang dia mulai mau berinteraksi dengan temen sebaya dan lingkungan. Setelah menjalankan terapi disekolah berkebutuhan khusus. Namun dalam bermain bersama temen temennya, terlihat sedikit egois dan belum bisa berbagi. Saya perhatikan kalau bermain, mainannya dia tidak pernah boleh dipinjam atau bahkan dipegang oleh orang. Sementara mainan orang lain menjadi haknya. Mungkin ada beberapa case juga seperti ini pada anak anak yang lain. Tapi dari apa yang saya lihat, kecenderungan ego dann toleransinya sangat kurang. Empati terhadap temenpun belum muncul. Misalnya ada anak kecil yang jatuh dan berdarah. Anak saya, menghampiri dan menuntun temennya ke orang tua terdekat. Sementara si ponakan hanya melihat, cuek, tanpa ekspresi setelah itu melanjutkan permainan.
        Beberapa saat sebelumnya juga ada beberapa kejadian, misalnya dia tengah menonton tv. Ngga taunya Bapak saya ada setel lagu lama diruangan yang terpisah dan lagi beberes. Ponakan saya nangis sejadi jadinya. Menurut ibunya, dia menangis karena terganggu dengan suara lain yang dia tidak suka. Si ibu mendatangi Bapak dan mengatakan bahwa anaknya terganggu dengan suara lagu yang diputar. Secara pribadi saya kurang setuju dengan sikap si ibu. Bagaimanapun juga ibu harusnya memberikan pengertian ke anak bahwa ada orang lain yang ada disekitar kita. Biarkan aja menangis, ngga akan ada masalah. Itu juga pembelajaran bahwa ada keberadaan orang lain dalam hidup. Ketika si ibu menegur orang untuk mengikuti maunya si anak, ini akan bertambah kasihan. Anak tidak akan segera menyadari adanya orang disekitarnya. Dan selanjutnya ya maunya harus dituruti, kalau ngga dia akan menampilkan emosi seperti menangis, marah dann atau cara lainnya.
Keinget waktu kejadian di tempat umum, menjelang nantal biasanya di pusat perbelanjaan selalu ada lagu lagu natal. Suatu ketika dia seneng dengan lagu nantal jingle bell dan ketika lagu habis berganti dengan lagu lainnya, dia menangis sejadi jadinya minta lagu itu diputar kembali. Si ibu memberi berbagai mainan dan mencoba mengalihkan perhatian tapi si anak tetep menangis. Si ibu ngga bisa meminta staff pertokoan untuk memutar ulang lagu tersebut, jadi dia mengalihkan perhatian si anak. Tapi karena biasanya kemauan si anak tidak pernah di tolak maka akan kesusahan. Ahkirnya solusinya ya diajaklah pulang. Sekarang setelah hampir 3 bulan terapi, ada memang beberapa perkembangan. Salah satunya menyebutkan identitas dirinya. Dan mulai respon bila dipanggil atau diajak ngomong.walaupun ada beberapa saat ditanyakan dia masih membeo. Mudah mudahan kedepannya akan semakin membaik. Dan si ibu konsisten tidak membiarkan nya bermain gadget. Stop totally first Bermain smartphone !! 


copas dari: https://jengandrea.wordpress.com/2016/03/19/effek-smartphone-yg-berlebih-pada-anak-anak/
Different Themes
Written by Syarikh Komputer

Syarikh Komputer berdiri sejak tahun 2007 di kota Malang, melayani berbagai kebutuhan barang-barang IT yang di butuhkan warga kota malang secara khusus dan warga Indonesia secara umum. Juga melayani jasa service laptop dan juga komputer. Melayani masyarakat umum, mahasiswa, kampus, sekolah, UKM, perusahaan dan lain-lain.

iklan


IKLAN

WA

KLIK DISINI UNTUK CHAT WA: